Selasa, 25 Agustus 2009

Mengapa Manusia Harus Belajar

Mengapa Manusia Harus Belajar


Belajar merupakan proses perubahan mental manusia yang didapatkan melalui pengalaman.
Apakah manusia dapat mengalahkan seekor srigala atau macan jika tidak menguankan ilmu? Tentu dalam pikiran mu menjawab TIDAK, karma tampa ilmu manusia sangalah lemah, ia tidak akan mampu mengalahkan binatang buas. Bahkan tampa ilmu manusia takkan mamapu mnegalahkan seekor semut atau bahkan mahluk seperti kuman. Hal inilah menjadi dasar mengap manusia harus belajar dan sebab inilah orang daapt mengatakan “MANUSIA TAMPA ILMU SAGAT LEMAH” oleh karan itu dalam mempertahakan hidup manusia itu harus memiliki ilmu dan untuk mendapatakan ilmu itu manusia harus belajar

TINJAUAN
Belajar Sebagai Kewajiban
Dari sudut pandang agama belajar merupakan kewajiban sebagai manusia. Seperti yang tertuan dalam ayat Suci Al-Quran yang pertama kali diturukan kepada Nabi Muhammad saw Di Gua Hira Allah memerintahkan manusia untuk Iqra yang artinya membaca (belajar). Sebagaimana sabda Rasulullah saw, “Mencari ilmu itu kewajiban bagi setipa muslim, baik laki-laki maupun perempuan. (Hr. Ibnu Majjah).
Seruan Sang Pencipta dan Utusannnya (Nabi Muhammad Saw. Menjelaskan kepada kita bahwa mencari ilmu atau belajar itu merupakan kewajiban atau sesuatu keharusan yang harus dilakukan. Dalam hadis lain Nabi Muhammad saw bersabda “Tuntutlah ilmu walaupun kenegri cina” ini meruapakn ungkapan motivasi dan bagaiman pentingnya menuntut ilmu atau belajar yang tidak memandang waktu dan dimana saja.

Teori Belajar
Menurut Gagne (1984: ) belajar didefinisikan sebagai suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunya akibat suatu pengalaman. Galloway dalam Toeti Soekamto (1992: 27) mengatakan belajar merupakan suatu proses internal yang mencakup ingatan, retensi, pengolahan informasi, emosi dan faktor-faktor lain berdasarkan pengalaman-pengalaman sebelumnya. Sedangkan Morgan menyebutkan bahwa suatu kegiatan dikatakan belajar apabila memiliki tiga ciri-ciri sebagai berikut.
1. belajar adalah perubahan tingkahlaku;
2. perubahan terjadi karena latihan dan pengalaman, bukan karena pertumbuhan;
3. perubahan tersebut harus bersifat permanen dan tetap ada untuk waktu yang cukup lama.
Berbicara tentang belajar pada dasarnya berbicara tentang bagaimana tingkahlaku seseorang berubah sebagai akibat pengalaman (Snelbeker 1974 dalam Toeti 1992:10) Dari pengertian di atas dapat dibuat kesimpulan bahwa agar terjadi proses belajar atau terjadinya perubahan tingkahlaku sebelum kegiatan belajar mengajar dikelas seorang guru perlu menyiapkan atau merencanakan berbagai pengalaman belajar yang akan diberikan pada siswa dan pengalaman belajar tersebut harus sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
Pros belajar tidak hanya dilakukan dalam kellas seperti pada umumnya akan tetapi belajar dapat dilakukan dimana saja.

Belajar Merupakan Investasi Kemulian Dimasa Depan

Ilmu merupakan investasi kemulian masa depan. Artinya : Jika manusia mati maka putuslah produktifitas mereka, kecuali tiga hal, (1) amal jariah, (2) ilmu yang diambil manfaatnya oleh orang lain, dan (3) anak saleh yang selalu mendoakan kedua orang tuanya. (H.R. Bukhari)
Dalam pandanagan ekonomi belajar merupakan investasi kemuliaan pada masa depan. Artinya belajar yang kita lakukan hari ini pada hakikatnya adalah untuk mencapai kebahagian pada masa depan , baik di dunia mapun di akherat, Nabi Muhammad saw bersabda “apabila kamu menghendaki kemulian didunia, maka kuasailah ilmu, jika kamu menghendaki kemuliaan diakhirat, kuasailah ilmu. Dan jika menghendaki kedua-duanya, kuasailah ilmu.
Dalam kenyataaan hidup, kita harus mengakui bahwa mereka yang berilmu hamper selalu menduduki posisi yag tinggi dalam hidupnya, baik secara social, ekonomi maupun dalam harkat, derajat dan martabat.
Dalam runag lingkup bangsa dan Negara, suatu Negara yang dihuni oleh orang-orang berilmu cendrung lebih maju dibandingkan dengan Negara-negara yng dihuni oleh orang-orang bodoh.
Sementara itu ada orang-orang berpendapt “Sadar tidak sadar, diakui atau tidak orang-orang bodoh hampir selalu menjadi santapan orang-orang pintar”. Hal ini berarti bahawa orang-orang pintar (berilmu memiliki kedudukan atau posisi yang lebih baik dalam masyarakat. Pantaslah apabila Al-Quran manggariskan bahwa tuhan akan meninggikan orang-orang berilmu beberapa derajat.
Manusia yang gemar mencari ilmu pada masa mudanya, ia akan mulia pada masa tuanya. Segala permasalaahn hidup dpat di atasinya dengan ilmu yang dimilikinya. Ia tidak takut meghadapi hidup yang penuh dengan persaingan, bahkan tidak takut mati karma ia telah siap menghadapi kematian dengan ilmu yang dimilikinya. Inilah hakekat belajar sebagi investasi kemulian pada masa depan.



Belajar Untuk Mengatasi Hidup

Sebagaiman yang dikatakan sebelumnya bahwa mahluk ciptaan tuhan yang paling sempurna itu adalah manusia akan tetapi sekaligus menjadi ciptaan yang paling lemah. Manusia dalam meghadapi hidup tampa ilmu ia sangatlah rawan, menghadapi nyamuk ataupun kuman yang jauh lebih kecil pun manusia tak mampu. Akan tetapi sebaliknya jika manusia memiliki ilmu maka sungguh ia menjadi penguasa diantara mahluk ciptaan Tuhan.
Bagaimana manusia mampu membangun menara ataupun gedung bahkan tembok cina yang tinggi dan panjang? Bisakah ia melakukan tampa ilmu ?. bagaiman manusi mampu mengalahkan gajah dan mahluk binatang buas lainnya ? daptkah mereka mengalahkannya tampa ilmu ? maka sungguh tidak mungkin itu terjadi tampa manusia memiliki ilmu. Hanya dengan ilmu manusia mampu mengatasi berbagai persoalan hidup baik persoalan hidup yang sederhana maupun persoalan hidup yang sifatnya kompleks.

Belajar sebagai Hiburan
Ada sebagian orang berpendapat bahwa belajar merupakan hiburan (refresing). Di Negara-negara maju kita dapat membuktikan hal ini dari semakin banyaknya orang-orang yang sudah berusia lanjut yang melakukan aktivitas belajar, baik secara formal maupun informal. Ternyta bagi mereka belajar mamapu mnegusir berbagai ketegangan dan tekanan hidup yang semakin kompleks.
Dengan belajar otak kita terus terasah sehingga tidak berkarat dan tetap segar. Itulah sebababnya, mengapa orang-orang menghargai ilmu dengan terus belajar selalu tapa muda dan segar (fres). Bahkan dalam banyak kasus, orang yang menyenagi aktivias belajar tidak terkena penyakit pikun meskipun usia sudah tua. Hal tersebut membuktikan bahwa belajar merupakan sarana untuk refresing atau hiburan.

Belajar untuk meningkatkan jabatan
Dalam dunia kerja kita tidak akan pernah dapat kedudukan yang tinggi jika kita tidak memiliki keterampilan, pengalaman dan kedua itu tentunya didapatkan dari belara. Untuk mendaptkan jabatan yang lebih tinggi tentunya membutuhkan ketrampilan, kemampaun dan pendidikan yang lebih tinggi
Sering kita dengar bahkan kita lihat di media masa bagaimana para TKI yang berasal dari negar-negara yang baru berkembang dan memiliki SDM kurang mereka begtu tersiksa bahkan tidak jarang kita dengar mereka dipenjara, disiksa sama majikan seperti budak dizaman jahiliah, di ambil kehormatannya bahkan dibunuh …. Hal ini terjadi karan mereka kurang berpendidikan.

Belajar untuk meningkatka harga diri

Diakui atau tidak, harga diri seorang dapat menigkat dalam stu masyarakat apabial pendidikan bertambah. Orang yang berpendidikan tinggi dipandang oleh masyarakat sebagai orang yang lebih berharga nilainya karena mneguasi ilmu lebih banyak dibandingkan angota masyarakat lain. Oleh karena itu tidak sedikit orang-orang melanjutkan studinya demi menigkatkan harkat, derajat an martabat di lingkungann temapt tinggalnya







PANDANGAN ISLAM TENTANG PENDIDIKAN

Bagi konselor (agama) yang menangani konseling pendidikan, pertama tama ia harus memiliki wawasan Islam tentang pendidikan. Pandangan Islam tentang pendidikan dapat dirumuskan antara lain.

1. Bahwa belajar merupakan perintah utama dari agama Islam, tercermin pada ayat yang pertama kali turun surat al 'Alaq 1-4.

artinya: Bacalah dengan nama tuhanmu yang telah menciptakan, yakni telah menciptakan manusia dari segumpal darah, Bacalah dengan nama tuhanmu yang Maha Mulia, yang telah mengajarkan dengan pena, yakni telah mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.

Membaca, secara psikologis mengandung muatan; proses mental yang tinggi, proses pengenalan (cognition), ingatan (memory), pengamatan (perception), pengucapan (verbalization), pemikiran (reasoning), daya kreasi (creativity) dan sudah barang tentu proses psikologi.

Secara sosiologis, membaca juga mengandung muatan: proses yang menghubungkan perasaan, pemikiran dan tingkah laku seseorang dengan orang lain. Membaca juga merupakan sistem perhubungan (Communication system) yang merupakan syarat mutlak terwujudnya sistem sosial. Selanjutnya penggunaan bahasa (yang tertulis dan dibaca) merupakan gudang tempat me¬nyimpan nilai-nilai budaya yang dipindahkan dari satu generasi ke generasi berikutnya.

2. Bahwa ilmu dan orang berilmu sangat dihargai dalam Islam. Apresiasi Islam terhadap ilmu bukan hanya terkandung dalam ajaran tetapi juga terbukti dalam sejarah, terutama sejarah klasik Islam. Dalam al Qur'an disebutkan bahwa orang mu'min yang berilmu dile¬bihkan derajatnya (Q/58:11). Mereka juga diberi gelar ulu al albab, ulu an nuha, ulu al abshar, dan zi hijr.(Q/39:9, Q/59:2, Q/20:54).

3. Memilih ilmu dibanding harta adalah merupakan keputusan yang tepat dan menguntungkan, baik secara moril maupun materiil. Ketika Nabi Sulaiman ditawari Allah SWT untuk memilih ilmu, harta atau kekuasaan, Sulaiman memilih ilmu, dan dengan ilmu maka ia kemudian memperoleh harta dan kekuasaan. Ali bin Abi Talib pernah berkata bahwa ilmu bisa menjagamu, sedangkan harta, engkaulah yang harus menjaganya. Harta jika diberikan kepada orang lain maka harta itu dapat berkurang, tetapi ilmu semakin sering diberikan kepada orang justeru semakin bertambah.

4. Perjuangan di jalan ilmu (sebagai murid, guru atau fasilitator) akan memudahkan jalan menuju kebahagiaan surgawi.

artinya: Barangsiapa memilih jalur ilmu maka Allah akan memudahkan jalan baginya ke surga. (H.R.Turmuzi)

5. Pertanggungjawaban ilmu adalah pada seberapa jauh mengamalkannya.

artinya: Ilmu tanpa amal bagaikan pohon tak berbuah.

artinya: Kelak di akhirat, manusia tidak bisa berkutik sbelum mempertangungjawabkan empat hal,(1) tentang umurnya, untuk berbuat apa saja, (2) tentang masa mudanyya untuk mempersiapkan apa saja, (3) tentang ilmunya, seberapa jauh ia mengamalkannya, dan (4) tentang harta, darimana ia memperoleh dan untuk apa harta itu digunakan. (Hadis)

6. Orang 'alim yang tidak mengamalkan ilmunya, secara moral dosanya lebih besar dibanding orang kafir (yang memang tidak memiliki ilmu).
artinya: Orang 'alim yang tidak mengamalkan ilmunya, akan disiksa lebih dahulu (di akhirat) sebelum siksaan bagi penyembah berhala (Zubad).

7. Pendidikan harus diorientasikan ke masa depan, untuk menyongsong dan mengantisipasi perkembangan mendatang.

artinya: Didiklah anak-anakmu berenang dan memanah, sesungguhnya anak-anakmu itu akan hidup pada zaman yang bukan zamanmu. (Ali bin Abi Talib)

8. Sesuai dengan kapasitas masing-masing, setiap orang diberi peluang yang pas untuk berkecimpung dalam bidang ilmu:
artinya: Jadilah kamu (1)orang pandai (dan mengajar), jika tidak bisa maka jadilah (2) murid, jika tidak maka jadilah (3)pendengar yang baik, jika mendengarpun tidak sempat, jadilah (4) orang yang mencintai ilmu, dan sekali-kali jangan menjadi orang yang ke lima (tidak pintar, tidak mau belajar, tidak mau mendengar dan tidak suka ilmu).

9. Jika mau menekuni suatu ilmu, pilihlah ilmu yang berguna, yang relevan dengan kemaslahatan hidup, jangan asal ilmu, Rasul pernah berdoa.

artinya: Ya Allah, aku berlindung kepada Mu dari ilmu yang tidak bermanfaat, dan dari hati yang tidak khusyu', dan dari nafsu yang tidak mau kenyang serta dari doa yang tak dikabulkan. (H.R. Ahmad dalam Musnadnya)

10. Ilmu merupakan investasi jangka panjang.

artinya : Jika manusia mati maka putuslah produktifitas mereka, kecuali tiga hal, (1) amal jariah, (2) ilmu yang diambil manfaatnya oleh orang lain, dan (3) anak saleh yang selalu mendoakan kedua orang tuanya. (H.R. Bukhari)

11. Sumber ilmu ada dua, yaitu dari Allah SWT, melalui wahyu, ilham dan intuisi, dan ilmu yang diproduk oleh akal manusia.

12. Betapapun pandainya seseorang, ia tidak boleh menyombongkan diri, karena pasti ada orang lain yang melebihinya, dan hanya Allah Yang Maha Mengetahui.

13. Menurut Imam Gazali ada tiga kategori ulama, yaitu hujjah, hajjaj dan mahjuj. Ulama dalam kapasitas hujjah adalah orang yang alim, wara', zuhud dan mengutama¬kan agama dibanding yang lain. Hajjaj lebih dari itu, mampu membela agama dari serangan luar, dan mahjuj adalah ulama yang 'alim tetapi sifatnya tidak mulia karena ia lebih menyukai kehidupan dunia dibanding kemuliaan ukhrawi.

14. Dari tiga lingkaran pendidikan, rumah tangga, sekolah dan lingkungan masyarakat, pendidikan dalam rumah merupakan pondasi utama, meskipun sekolah dan lingkungan masyarakat juga besar pengaruhnya. Oleh karena itu contoh dan teladan orang tua kepada anak-anaknya di rumah besar sekali andilnya dalam pem¬bentukan generasi.

15. Ilmu boleh dipelajari dari sumber manapun yang tepat sesuai dengan bidangnya. Tidak mengapa seorang muslim belajar matematik kepada orang Kristen, bela jar teknologi kepada orang Yahudi, belajar berburu kepada orang primitif.

artinya: Ambillah hikmah itu dari manapun ia ke luar.

artinya: Hikmah itu ibarat barang milik mu'min yang hilang, yang bisa ditemukan di mana saja, oleh siapa saja.

16. Pergi merantau dalam rangka mencari ilmu dipandang sangat positif dalam pengembangan diri dan wawasan.
artinya: Tuntutlah ilmu, meski sampai jauh ke neegri Cina.
artinya: Merantaulah, engkau pasti akan menemukan pengganti dari orang-orang yang engkau tinggalkan. Bersusah payahlah, karena sesungguhnyya nikmatnya hidup itu justeru terasa dalam kesulitan. (Imam Syafi'i)

17. Jalan hidup yang benar akan membantu keberkahan ilmu, sementara jalan hidup yang salah akan menghi¬langkan nilai keberkahan ilmu.

artinya: Aku pernah mengeluh kepada kyai Waki' tentang kesulitan belajar, maka guruku menganjurkan agar aku menjauhi perbuatan maksiat. Dia juga mengajarkan kepadaku bahwa cahaya ilahiyyah tidak akan diberikan kepada ahli maksiat. (Imam Syafi'i)

18. Bahwa kewajiban belajar itu tidak dibatasi oleh umur, oleh karena itu hidup berumah tangga tidak menghalangi keharusan menuntut ilmu, atau nikah dan belajar dapat sejalan, tidak harus dipertentangkan. Prinsip pendidikan dalam Islam adalah pendidikan seumur hidup, long life education;

artinya: Tuntutlah ilmu sejak dari ayunan hingga ke liang lahat.

(KUTIPAN)

Senin, 24 Agustus 2009

TEORI-TEORI BELAJAR


Teori-Teori Belajar

HUNAEPI
"Pendidikan adalah aspek universal yang selalu dan harus ada dalam kehidupan manusia, tampa ada pendidikan manusia tidak akan pernah mendapatkan kebudayaan, jika tampa pendidikan, kehidupan manusia tentu akan mengarah kepada kehidupan statis, tampa ada kemajuan, bahkan bisa jadi akan mengalami kemunduran dan kepunahan, karena itu, menjadi fakta yang tak terbantahkan  bahwa pendidikan adalah sesuatu yang niscaya dalam kehidupan manusia"(Mark K. Smith 2009).
"Belajar merupakan sebuah keharusan untuk menhgadapi tantangan zaman yang makin bersaing secara intelektualitas. Jika kita tidak mampu bersaing secara intelektualitas maka sungguh kita akan menjadi yang terpuruk. Makna kata belajar telah terungkap begitu banyak dalam teori-teori  seperti hanya yang diungkapakan oleh para tokoh ilmuan yang memiliki aliran filosofis".
A.  Teori Behaviorisme
Behaviorisme merupakan salah aliran psikologi yang memandang individu hanya dari sisi fenomena jasmaniah, dan mengabaikan aspek – aspek mental. Dengan kata lain, behaviorisme tidak mengakui adanya kecerdasan, bakat, minat dan perasaan individu dalam suatu belajar. Peristiwa belajar semata-mata melatih refleks-refleks sedemikian rupa sehingga menjadi kebiasaan yang dikuasai individu.
Beberapa hukum belajar yang dihasilkan dari pendekatan behaviorisme ini, diantaranya :
1. Connectionism ( S-R Bond) menurut Thorndike.
Dari eksperimen yang dilakukan Thorndike terhadap kucing menghasilkan hukum-hukum belajar, diantaranya:
Law of Effect; artinya bahwa jika sebuah respons menghasilkan efek yang memuaskan, maka hubungan Stimulus – Respons akan semakin kuat. Sebaliknya, semakin tidak memuaskan efek yang dicapai respons, maka semakin lemah pula hubungan yang terjadi antara Stimulus- Respons.
  • Law of Readiness; artinya bahwa kesiapan mengacu pada asumsi bahwa kepuasan organisme itu berasal dari pemdayagunaan satuan pengantar (conduction unit), dimana unit-unit ini menimbulkan kecenderungan yang mendorong organisme untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu.
  • Law of Exercise; artinya bahwa hubungan antara Stimulus dengan Respons akan semakin bertambah erat, jika sering dilatih dan akan semakin berkurang apabila jarang atau tidak dilatih.
2. Classical Conditioning menurut Ivan Pavlov
Dari eksperimen yang dilakukan Pavlov terhadap seekor anjing menghasilkan hukum-hukum belajar, diantaranya :
  • Law of Respondent Conditioning yakni hukum pembiasaan yang dituntut. Jika dua macam stimulus dihadirkan secara simultan (yang salah satunya berfungsi sebagai reinforcer), maka refleks dan stimulus lainnya akan meningkat.
  • Law of Respondent Extinction yakni hukum pemusnahan yang dituntut. Jika refleks yang sudah diperkuat melalui Respondent conditioning itu didatangkan kembali tanpa menghadirkan reinforcer, maka kekuatannya akan menurun.
3. Operant Conditioning menurut B.F. Skinner
Dari eksperimen yang dilakukan B.F. Skinner terhadap tikus dan selanjutnya terhadap burung merpati menghasilkan hukum-hukum belajar, diantaranya :
  • Law of operant conditining yaitu jika timbulnya perilaku diiringi dengan stimulus penguat, maka kekuatan perilaku tersebut akan meningkat.
  • Law of operant extinction yaitu jika timbulnya perilaku operant telah diperkuat melalui proses conditioning itu tidak diiringi stimulus penguat, maka kekuatan perilaku tersebut akan menurun bahkan musnah.
Reber (Muhibin Syah, 2003) menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan operant adalah sejumlah perilaku yang membawa efek yang sama terhadap lingkungan. Respons dalam operant conditioning terjadi tanpa didahului oleh stimulus, melainkan oleh efek yang ditimbulkan oleh reinforcer. Reinforcer itu sendiri pada dasarnya adalah stimulus yang meningkatkan kemungkinan timbulnya sejumlah respons tertentu, namun tidak sengaja diadakan sebagai pasangan stimulus lainnya seperti dalam classical conditioning.
4. Social Learning menurut Albert Bandura
Teori belajar sosial atau disebut juga teori observational learning adalah sebuah teori belajar yang relatif masih baru dibandingkan dengan teori-teori belajar lainnya. Berbeda dengan penganut Behaviorisme lainnya, Bandura memandang Perilaku individu tidak semata-mata refleks otomatis atas stimulus (S-R Bond), melainkan juga akibat reaksi yang timbul sebagai hasil interaksi antara lingkungan dengan skema kognitif individu itu sendiri. Prinsip dasar belajar menurut teori ini, bahwa yang dipelajari individu terutama dalam belajar sosial dan moral terjadi melalui peniruan (imitation) dan penyajian contoh perilaku (modeling). Teori ini juga masih memandang pentingnya conditioning. Melalui pemberian reward dan punishment, seorang individu akan berfikir dan memutuskan perilaku sosial mana yang perlu dilakukan.
Sebetulnya masih banyak tokoh-tokoh lain yang mengembangkan teori belajar behavioristik ini, seperti : Watson yang menghasilkan prinsip kekerapan dan prinsip kebaruan, Guthrie dengan teorinya yang disebut Contiguity Theory yang menghasilkan Metode Ambang (the treshold method), metode meletihkan (The Fatigue Method) dan Metode rangsangan tak serasi (The Incompatible Response Method), Miller dan Dollard dengan teori pengurangan dorongan.
B. Teori Belajar Kognitif menurut Piaget
Piaget merupakan salah seorang tokoh yang disebut-sebut sebagai pelopor aliran konstruktivisme. Salah satu sumbangan pemikirannya yang banyak digunakan sebagai rujukan untuk memahami perkembangan kognitif individu yaitu teori tentang tahapan perkembangan individu. Menurut Piaget bahwa perkembangan kognitif individu meliputi empat tahap yaitu : (1) sensory motor; (2) pre operational; (3) concrete operational dan (4) formal operational. Pemikiran lain dari Piaget tentang proses rekonstruksi pengetahuan individu yaitu asimilasi dan akomodasi. James Atherton (2005) menyebutkan bahwa asisimilasi adalah “the process by which a person takes material into their mind from the environment, which may mean changing the evidence of their senses to make it fit” dan akomodasi adalah “the difference made to one’s mind or concepts by the process of assimilation”
Dikemukakannya pula, bahwa belajar akan lebih berhasil apabila disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif peserta didik. Peserta didik hendaknya diberi kesempatan untuk melakukan eksperimen dengan obyek fisik, yang ditunjang oleh interaksi dengan teman sebaya dan dibantu oleh pertanyaan tilikan dari guru. Guru hendaknya banyak memberikan rangsangan kepada peserta didik agar mau berinteraksi dengan lingkungan secara aktif, mencari dan menemukan berbagai hal dari lingkungan.
Implikasi teori perkembangan kognitif Piaget dalam pembelajaran adalah :
  1. Bahasa dan cara berfikir anak berbeda dengan orang dewasa. Oleh karena itu guru mengajar dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara berfikir anak.
  2. Anak-anak akan belajar lebih baik apabila dapat menghadapi lingkungan dengan baik. Guru harus membantu anak agar dapat berinteraksi dengan lingkungan sebaik-baiknya.
  3. Bahan yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan baru tetapi tidak asing.
  4. Berikan peluang agar anak belajar sesuai tahap perkembangannya.
  5. Di dalam kelas, anak-anak hendaknya diberi peluang untuk saling berbicara dan diskusi dengan teman-temanya.
C. Teori Pemrosesan Informasi dari Robert Gagne
Asumsi yang mendasari teori ini adalah bahwa pembelajaran merupakan faktor yang sangat penting dalam perkembangan. Perkembangan merupakan hasil kumulatif dari pembelajaran. Menurut Gagne bahwa dalam pembelajaran terjadi proses penerimaan informasi, untuk kemudian diolah sehingga menghasilkan keluaran dalam bentuk hasil belajar. Dalam pemrosesan informasi terjadi adanya interaksi antara kondisi-kondisi internal dan kondisi-kondisi eksternal individu. Kondisi internal yaitu keadaan dalam diri individu yang diperlukan untuk mencapai hasil belajar dan proses kognitif yang terjadi dalam individu. Sedangkan kondisi eksternal adalah rangsangan dari lingkungan yang mempengaruhi individu dalam proses pembelajaran.
Menurut Gagne tahapan proses pembelajaran meliputi delapan fase yaitu, (1) motivasi; (2) pemahaman; (3) pemerolehan; (4) penyimpanan; (5) ingatan kembali; (6) generalisasi; (7) perlakuan dan (8) umpan balik.
D. Teori Belajar Gestalt
Gestalt berasal dari bahasa Jerman yang mempunyai padanan arti sebagai “bentuk atau konfigurasi”. Pokok pandangan Gestalt adalah bahwa obyek atau peristiwa tertentu akan dipandang sebagai sesuatu keseluruhan yang terorganisasikan. Menurut Koffka dan Kohler, ada tujuh prinsip organisasi yang terpenting yaitu :
  1. Hubungan bentuk dan latar (figure and gound relationship); yaitu menganggap bahwa setiap bidang pengamatan dapat dibagi dua yaitu figure (bentuk) dan latar belakang. Penampilan suatu obyek seperti ukuran, potongan, warna dan sebagainya membedakan figure dari latar belakang. Bila figure dan latar bersifat samar-samar, maka akan terjadi kekaburan penafsiran antara latar dan figure.
  2. Kedekatan (proxmity); bahwa unsur-unsur yang saling berdekatan (baik waktu maupun ruang) dalam bidang pengamatan akan dipandang sebagai satu bentuk tertentu.
  3. Kesamaan (similarity); bahwa sesuatu yang memiliki kesamaan cenderung akan dipandang sebagai suatu obyek yang saling memiliki.
  4. Arah bersama (common direction); bahwa unsur-unsur bidang pengamatan yang berada dalam arah yang sama cenderung akan dipersepsi sebagi suatu figure atau bentuk tertentu.
  5. Kesederhanaan (simplicity); bahwa orang cenderung menata bidang pengamatannya bentuk yang sederhana, penampilan reguler dan cenderung membentuk keseluruhan yang baik berdasarkan susunan simetris dan keteraturan; dan
  6. Ketertutupan (closure) bahwa orang cenderung akan mengisi kekosongan suatu pola obyek atau pengamatan yang tidak lengkap.
Terdapat empat asumsi yang mendasari pandangan Gestalt, yaitu:
  1. Perilaku “Molar“ hendaknya banyak dipelajari dibandingkan dengan perilaku “Molecular”. Perilaku “Molecular” adalah perilaku dalam bentuk kontraksi otot atau keluarnya kelenjar, sedangkan perilaku “Molar” adalah perilaku dalam keterkaitan dengan lingkungan luar. Berlari, berjalan, mengikuti kuliah, bermain sepakbola adalah beberapa perilaku “Molar”. Perilaku “Molar” lebih mempunyai makna dibanding dengan perilaku “Molecular”.
  2. Hal yang penting dalam mempelajari perilaku ialah membedakan antara lingkungan geografis dengan lingkungan behavioral. Lingkungan geografis adalah lingkungan yang sebenarnya ada, sedangkan lingkungan behavioral merujuk pada sesuatu yang nampak. Misalnya, gunung yang nampak dari jauh seolah-olah sesuatu yang indah. (lingkungan behavioral), padahal kenyataannya merupakan suatu lingkungan yang penuh dengan hutan yang lebat (lingkungan geografis).
  3. Organisme tidak mereaksi terhadap rangsangan lokal atau unsur atau suatu bagian peristiwa, akan tetapi mereaksi terhadap keseluruhan obyek atau peristiwa. Misalnya, adanya penamaan kumpulan bintang, seperti : sagitarius, virgo, pisces, gemini dan sebagainya adalah contoh dari prinsip ini. Contoh lain, gumpalan awan tampak seperti gunung atau binatang tertentu.
  4. Pemberian makna terhadap suatu rangsangan sensoris adalah merupakan suatu proses yang dinamis dan bukan sebagai suatu reaksi yang statis. Proses pengamatan merupakan suatu proses yang dinamis dalam memberikan tafsiran terhadap rangsangan yang diterima.
Aplikasi teori Gestalt dalam proses pembelajaran antara lain :
  1. Pengalaman tilikan (insight); bahwa tilikan memegang peranan yang penting dalam perilaku. Dalam proses pembelajaran, hendaknya peserta didik memiliki kemampuan tilikan yaitu kemampuan mengenal keterkaitan unsur-unsur dalam suatu obyek atau peristiwa.
  2. Pembelajaran yang bermakna (meaningful learning); kebermaknaan unsur-unsur yang terkait akan menunjang pembentukan tilikan dalam proses pembelajaran. Makin jelas makna hubungan suatu unsur akan makin efektif sesuatu yang dipelajari. Hal ini sangat penting dalam kegiatan pemecahan masalah, khususnya dalam identifikasi masalah dan pengembangan alternatif pemecahannya. Hal-hal yang dipelajari peserta didik hendaknya memiliki makna yang jelas dan logis dengan proses kehidupannya.
  3. Perilaku bertujuan (pusposive behavior); bahwa perilaku terarah pada tujuan. Perilaku bukan hanya terjadi akibat hubungan stimulus-respons, tetapi ada keterkaitannya dengan dengan tujuan yang ingin dicapai. Proses pembelajaran akan berjalan efektif jika peserta didik mengenal tujuan yang ingin dicapainya. Oleh karena itu, guru hendaknya menyadari tujuan sebagai arah aktivitas pengajaran dan membantu peserta didik dalam memahami tujuannya.
  4. Prinsip ruang hidup (life space); bahwa perilaku individu memiliki keterkaitan dengan lingkungan dimana ia berada. Oleh karena itu, materi yang diajarkan hendaknya memiliki keterkaitan dengan situasi dan kondisi lingkungan kehidupan peserta didik.
  5. Transfer dalam Belajar; yaitu pemindahan pola-pola perilaku dalam situasi pembelajaran tertentu ke situasi lain. Menurut pandangan Gestalt, transfer belajar terjadi dengan jalan melepaskan pengertian obyek dari suatu konfigurasi dalam situasi tertentu untuk kemudian menempatkan dalam situasi konfigurasi lain dalam tata-susunan yang tepat.